0

La Febre Residen Minangkabau yang Humanis

Posted by Unknown on 7:07 AM in

Moh. Hatta mengenal Le Febre sejak duduk di bangku sekolah dan tetap mengenang sampai akhir hayatnya. Pada tahun 1928 sewaktu masih kuliah di Belanda, Hatta menjagoinya untuk diangkat sebagai Ketua Liga melawan imprelisme dan penjajahan untuk kemerdekaan nasional cabang negeri Belanda. Maka tak heran jika Bung Hatta menjulukinya bapak anak-anak Indonesia.
Siapa sebenarnya Le Febre? JD L Le Febre berasal dari kalangan sosial demokrat. Namun yang jelas, pemerintah Hindia Belanda telah kecolongan mengangkat seorang sosialis menjadi residen, yang nantinya berpihak ke negeri jajahan. Yang pasti, setelah diberhentikan sebagai BB (setingkat Departemen Dalam Negeri), kehidupan keluarga Le Febre sangat sulit, disebabkan ia telah memihak kepada bangsa kita.Setelah lulus ujian untuk dinas Hindia Belanda tahun 1892 Le Febre langsung ke Indonesia. Mula-mula ia diperbantukan pada Kontrolir Oud Agam di Bukittinggi. Kemudian pada Asisten Residen 50 Kota di Payakumbuh, selanjutnya di Batusangkar dan Sijunjung.
Pada tahun 1900, Le Febre diangkat menjadi kontrolir (lurah, sekarang) kelas satu. Pada tahun 1910 diangkat sebagai Asisten Residen Tanah Datar, waktu itu berkedudukan di Sawahlunto. Puncak karirnya adalah Residen Sumatera Barat tahun 1915. Berarti ia residen pertama setelah jabatan gubernur dihapus. Sebagai pejabat teras jajaran BB di Minangkabau, Le Febre mempunyai tempat tersendiri. Jasa-jasanya paling tidak telah membantu orang Minang pada masa penjajahan. Pada saat menjabat Asisten Residen Tanah Datar, dengan mata kepalanya menyaksikan para tahanan dan kuli kontrak di tambang batubara Ombilin dihukum, dan diperlakukan sebagai pekerja paksa. Le Febre pun berjuang meringankan nasib buruh paksa tersebut dan meniadakan hukuman rotan. Ia pun berhasil.
La Febvre pun protes saat menyaksikan cara-cara pejabat Hindia Belanda menagih pajak yang dipandangnya sangat keterlaluan. Bulan November 1915 ia mengadakan rapat dengan jajaran BB di Bukittinggi. Le Febre kemudian meminta semua peraturan sebelum dijalankan, harus dimusyawarahkan dulu dengan para ninik mamak. Ia juga menegaskan pajak tidak boleh diserahkan kepada pegawai rendahan. Yang tidak mampu membayar, menurutnya harus dibebaskan. Yang kaya harus membayar lebih untuk menutupi kekurangannya.
Keberpihakannya tidak sebatas itu. Pada anak-anak pribumi pun ia berlaku adil. Selama dua tahun pemerintahannya, Le Febre telah banyak berbuat untuk Minangkabau. Ia melihat keinginan besar dari orang Minang untuk belajar. Pernah suatu ketika ia memindahkan sekolah Adabiah yang mula-mula berada di kampung ke tempat yang lebih layak dan diberi subsidi. Beberapa sekolah kemudian berkembang pada masa pemerintahannya, seperti  Normaalschool di Padang Panjang, sekolah pertambangan besi di Simpang Haru, dan sekolah pertambangan di Sawahlunto.

0 Comments

Post a Comment

Copyright © 2009 dunia kita-kita All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.