1
Posted by Unknown
on
1:36 AM
in
sejarah kami
TAN MALAKA : GERILYAWAN
REVOLUSIONER YANG LEGENDARIS
Diketik ulang dari
Brainwashed, Jakarta Extreme Fanzine, June’99, Issue #7.
Tan Malaka –lengkapnya Ibrahim Datuk Tan
Malaka—menurut keturunannya ia termasuk suku bangsa Minangkabau. Pada tanggal 2
Juni 1897 di desa Pandang Gadang –Sumatra Barat—Tan Malaka dilahirkan. Ia
termasuk salah seorang tokoh bangsa yang sangat luar biasa, bahkan dapat
dikatakan sejajar dengan tokoh-tokoh nasional yang membawa bangsa Indonesia
sampai saat kemerdekaan seperti Soekarno, Hatta, Syahrir,Moh.Yamin dan
lain-lain.
Pejuang yang militan,
radikal dan revolusioner ini telah banyak melahirkan pemikiran-pemikiran yang
orisinil, berbobot dan brilian hingga berperan besar dalam sejarah perjaungan
kemerdekaan Indonesia. Dengan perjuangan yang gigih maka ia mendapat julukan
tokoh revolusioner yang legendaris. Pada tahun 1921 Tan Malaka telah terjun ke
dalam gelanggang politik. Dengan semangat yang berkobar dari sebuah gubuk
miskin, Tan Malaka banyak mengumpulkan pemuda-pemuda komunis.Pemuda cerdas ini
banyak juga berdiskusi dengan Semaun (wakil ISDV) mengenai pergerakan
revolusioner dalam pemerintahan Hindia Belanda. Selain itu juga merencanakan
suatu pengorganisasian dalam bentuk pendidikan bagi anggota-anggota PKI dan SI
(Syarekat Islam) untuk menyusun suatu sistem tentang kursus-kursus kader serta
ajaran-ajaran komunis, gerakan-gerakan aksi komunis, keahlian berbicara,
jurnalistik dan keahlian memimpin rakyat. Namun pemerintahan Belanda melarang
pembentukan kursus- kursus semacam itu sehingga mengambil tindakan tegas bagi
pesertanya.
Melihat hal itu Tan
Malaka mempunyai niat untuk mendirikan sekolah-sekolah sebagai anak-anak
anggota SI untuk penciptaan kader-kader baru. Juga dengan alasan pertama:
memberi banyak jalan (kepada para murid) untuk mendapatkan mata pencaharian di
dunia kapitalis (berhitung, menulis, membaca, ilmu bumi, bahasa Belanda,
Melayu, Jawa dan lain-lain); kedua, memberikan kebebasan kepada murid untuk
mengikuti kegemaran (hobby) mereka dalam bentuk perkumpulan-perkumpulan;
ketiga, untuk memperbaiki nasib kaum kromo (lemah/miskin). Untuk mendirikan
sekolah itu, ruang rapat SI Semarang diubah menjadi sekolah, dan sekolah itu
bertumbuh sangat cepat hingga sekolah itu semakin lama semakin besar.
Perjuangan Tan Malaka tidaklah
hanya sebatas pada usaha mencerdaskan rakyat Indonesia pada saat itu, tapi juga
pada gerakan-gerakan dalam melawan ketidakadilan seperti yang dilakukan para
buruh terhadap pemerintahan Hindia Belanda lewat VSTP dan aksi-aksi pemogokan,
disertai selebaran-selebaran sebagai alat propaganda yang ditujukan kepada
rakyat agar rakyat dapat melihat adanya ketidakadilan yang diterima oleh kaum
buruh.
Seperti dikatakan Tan
Malaka pada apidatonya di depan para buruh “Semua gerakan buruh untuk
mengeluarkan suatu pemogokan umum sebagai pernyataan simpati, apabila nanti
menglami kegagalan maka pegawai yang akan diberhentikan akan didorongnya untuk
berjuang dengan gigih dalam pergerakan revolusioner”. Pergulatan Tan Malaka
dengan partai komunis di dunia sangatlah jelas. Ia tidak hanya mempunyai hak
untuk memberi usul-usul dan dan mengadakan kritik tetapi juga hak untuk
mengucapkan vetonya atas aksi-aksi yang dilakukan partai komunis di daerah
kerjanya. Tan Malaka juga harus mengadakan pengawasan supaya anggaran dasar,
program dan taktik dari Komintern (Komunis Internasional) dan Profintern
seperti yang telah ditentukan di kongres-kongres Moskow diikuti oleh kaum
komunis dunia.
Dengan demikian
tanggung-jawabnya sebagai wakil Komintern lebih berat dari keanggotaannya di
PKI. Sebagai seorang pemimpin yang masih sangat muda ia meletakkan tanggung
jawab yang saangat berat pada pundaknya. Tan Malaka dan sebagian
kawan-kawannyamemisahkan diri dan kemudian memutuskan hubungan dengan PKI,
Sardjono-Alimin-Musso. Pemberontakan 1926 yang direkayasa dari Keputusan
Prambanan yang berakibat bunuh diri bagi perjuangan nasional rakyat Indonesia
melawan penjajah waktu itu.
Pemberontakan 1926
hanya merupakan gejolak kerusuhan dan keributan kecil di beberapa daerah di
Indonesia. Maka dengan mudah dalam waktu singkat pihak penjajah Belanda dapat
mengakhirinya. Akibatnya ribuan pejuang politik ditangkap dan ditahan. Ada yang
disiksa, ada yang dibunuh dan banyak yang dibuang ke Boven Digul Irian Jaya.
Peristiwa ini dijadikan dalih oleh Belanda untuk menangkap, menahan dan
membuang setiap orang yang melawan mereka, sekalipun bukan PKI. Maka perjaungan
nasional mendapat pukulan yang sangat berat dan mengalami kemunduran besar
serta lumpuh selama bertahun-tahun.
Tan Malaka yang berada
di luar negeri pada waktu itu,berkumpul dengan beberapa temannya di Bangkok. Di
ibukota Thailand itu, bersama Soebakat dan Djamaludddin Tamin, Juni 1927 Tan
Malaka memproklamasikan berdirinya Partai Republik Indonesia (PARI). Dua tahun
sebelumnya Tan Malaka telah menulis “Menuju Republik Indonesia”. Itu
ditunjukkan kepada para pejuang intelektual di Indonesia dan di negeri Belanda.
Terbitnya buku itu pertama kali di Kowloon, Cina, April 1925. Prof. Moh. Yamin
sejarawan dan pakar hukum kenamaan kita, dalam karya tulisnya “Tan Malaka Bapak
Republik Indonesia” memberi komentar: “Tak ubahnya daripada Jefferson
Washington merancangkan Republik Amerika Serikat sebelum kemerdekaannya
tercapai atau Rizal Bonifacio meramalkan Philippina sebelum revolusi Philippina
pecah….”
Ciri khas gagasan Tan
Malaka adalah: (1) Dibentuk dengan cara berpikir ilmiah berdasarkan ilmu bukti,
(2) Bersifat Indonesia sentris, (3) Futuristik dan (4) Mandiri, konsekwen serta
konsisten. Tan Malaka menuangkan gagasan-gagasannya ke dalam sekitar 27 buku,
brosur dan ratusan artikel di berbagai surat kabar terbitan Hindia Belanda.
Karya besarnya “MADILOG” mengajak dan memperkenalkan kepada bangsa Indonesia
cara berpikir ilmiah bukan berpikir secara kaji atau hafalan, bukan secara
“Text book thinking”, atau bukan dogmatis dan bukan doktriner. Madilog
merupakan istilah baru dalam cara berpikir, dengan menghubungkan ilmu bukti
serta mengembangkan dengan jalan dan metode yang sesuai dengan akar dan urat
kebudayaan Indonesia sebagai bagian dari kebudayaan dunia. Bukti adalah fakta
dan fakta adalah lantainya ilmu bukti. Bagi filsafat, idealisme yang pokok dan
pertama adalah budi (mind), kesatuan, pikiran dan penginderaan. Filsafat
materialisme menganggap alam, benda dan realita nyata obyektif sekeliling
sebagai yang ada, yang pokok dan yang pertama.
Bagi Madilog
(Materialisme, Dialektika, Logika) yang pokok dan pertama adalah bukti, walau
belum dapat diterangkan secara rasional dan logika tapi jika fakta sebagai
landasan ilmu bukti itu ada secara konkrit, sekalipun ilmu pengetahuan secara
rasional belum dapat enjelaskannya dan belum dapat menjawab apa, mengapa dan
bagaimana. Semua karya Tan Malaka danpermasalahannya dimulai dengan Indonesia.
Konkritnya rakyat Indonesia, situasi dan kondisi nusantara serta kebudayaan,
sejarah lalu diakhiri dengan bagaimana mengarahkan pemecahan masalahnya.
Cara tradisi nyata
bangsa Indonesia dengan latar belakang sejarahnya bukanlah cara berpikir yang
“text book thinking” dan untuk mencapai Republik Indonesia sudah dicetuskan
sejak tahun 1925 lewat “Naar de Republiek Indonesia”. Jika kita membaca
karya-karya Tan Malaka yang meliputi semua bidang kemasyarakatan, kenegaraan,
politik,ekonomi, sosial, kebudayaan sampai kemiliteran
(“Gerpolek”-Gerilya-Politik dan Ekonomi, 1948), maka akan kita temukan benang
putih keilmiahan dan keIndonesiaan serta benang merah kemandirian, sikap
konsekwen dan konsisten yang direnda jelas dalam gagasan-gagasan serta
perjuangan implementasinya.Peristiwa 3 Juli 1946 yang didahului dengan
penangkapan dan penahanan Tan Malaka bersama pimpinan Persatuan Perjuangan, di
dalam penjara tanpa pernah diadili selama dua setengah tahun.
Setelah meletus
pemberontakan FDR/PKI di Madiun, September 1948 dengan pimpinan Musso dan Amir
Syarifuddin, Tan Malaka dikeluarkan begitu saja dari penjara akibat peristiwa
itu. Di luar, setelah mengevaluasi situasi yang amat parah bagi republik
Indonesia akibat Perjanjian Linggarjati 1947 dan Renville 1948, yang merupakan
buah dari hasil diplomasi Syahrir dan Perdana Menteri AmirSyarifuddin, Tan
Malaka merintis pembentukan Partai MURBA, 7 November 1948 di Yogyakarta. Dan
pada tahun 1949 tepatnya bulan Februari Tan Malaka gugur, hilang tak tentu
rimbanya, mati tak tentu kuburnya ditengah-tengah perjuangan “Gerilya Pembela
Proklamasi” di Pethok, Kediri, Jawa Timur. Namun berdasarkan keputusan Presiden
RI No. 53, yang ditandatangani Presiden Sukarno 28 Maret 1963 menetapkan bahwa
Tan Malaka adalah seorang pahlawan kemerdekaan Nasional.